LHOK AMAN-MEUKEK ACEH SELATAN

Oleh: Muhammad Taufiq Muhdi

Sekitar Muara Lhok Aman Meukek Aceh Selatan
Himpitan Gunung Batu Mengesankan privasinya Tempat Ini 

Pantai Lhok Aman adalah salah satu desa di Kecamatan Meukek yang sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia, dibandingkan dengan desa-desa lain di Meukek desa ini relatif mempunyai bentangan topografi datar yang luas, bentangan datar yang luas menjadikan desa ini sangat adem begitu kita masuk menuju ke arah pantai, bukit yang ditempati satu dua rumah menjadikan suasana jalan sangat menyenangkan.
Desa ini juga dialiri sungai yang bermuara ke arah pantai masih berada di Desa Lhok Aman, struktur tanah yang sebagian besar ditopang batuan besar mencuat ke permukaan tanah seolah bebatuan tumbuh dari tanah, batuan putih terlihat dalam sungai berair jernih, bebatuan putih  berukuran besar sampai kecil dialiri air sangat memancing hasrat kita untuk menceburkan diri dalam sungai. Bebatuan putih menjadi nilai ekonomi tersendiri bagai masyarakat karena batuan seukuran tangan bisa dijual sebagai batu hias halaman rumah atau kuburan. Tangan dan kepala  sebagian besar ibu rumah tangga disana sangat kokoh membawa pulang batuan putih ini.
Di muara sungai dan sekitar pantai inilah terdapat muntahan batu kerikil kecil seolah baru dikeluarkan dari mesin penghancur, dan pantai laut yang lazimnya terdapat pasir maka di Lhok Aman dipenuhi bebatuan, meski bukan keajaiban dunia ke-8 tetapi sangat cocok sebagai tempat melepas lelah dan berlibur. Kerikil- kerikil di muara dan pantai ini sangat cocok untuk bangunan, sehingga sebagian keluarga yang lain menggantungkan penghasilan tambahan dengan mengumpulkan kerikil dan menjualnya.  Posisi yang seolah dipagari oleh gunung batu di kiri-kanan menjadikan tempat ini sangat terkesan  private. Kerikil yang berhamburan di pantai itu telah menjadi masa lalu. Saat ini  limpahan kerikil sudah hampir tidak ada lagi, akibat penambangan besar-besaran yang dilakukan oleh sebagian kelompok masyarakat lain dengan mengerahkan berbagai macam tipe kendaraan pengangkut, keterbatasan alam dalam memberikan tidak disadari oleh ketamakan manusia.
Saat ini bibir pantai terus merangkak ke darat dengan menumbangkan kelapa yang dulu digunakan sebagai tempat rehat dan santai. Karena tidak bijak dalam memanfaatkan alam, maka alam meminta kembali apa yang sudah pernah diberikan. Gelombang laut dan air pasang telah jauh menjangkau darat jika dibandingkan delapan atau sepuluh tahun yang lalu. Pantai ini saat ini terkesan sunyi, telah berkurang daya tarik, walau ada satu-dua perempuan pengumpul batu.

Muara Sungai dengan Bebatuan Terkesan
Tak Terurus

Sangat perlu pengetahuan, aturan dan 'itikad baik untuk mengelola sumberdaya alam yang dianugerahi-Nya agar tercipta keselarasan antar manusia dan alam, apalagi perihal pemanfaatan pantai yang berbeda kemampuan daya dukungnya terhadap manusia jika dibandingkan dengan daya dukung daratan. Ekosistem peralihan laut ke darat sangat sensitif terhadap tekanan lingkungan, sebab pada hakikatnya ekosistem mempunyai bentang yang sempit. Sudah menjadi kelaziman kita, ekosistem perlaihan pantai belum bisa kita manfaatkan selaras dengan kemampuan alam, tetapi cenderung menjadi tempat pelampiasan keinginan dan ketamakan kita. Jika kita lihat pinggiran pantai mulai dari Aceh Jaya  sampai ke Aceh Selatan maka  terlihat perilaku kita dalam mengelola ekosistem pantai sebagai berikut: di Aceh Jaya banyak cemara/bakau di tebang untuk didirikan warung/tambak, di Aceh Barat dan Nagan di rubah menjadi kebun Sawit, di Aceh Selatan banyak dijadikan tempat penambangan galian C.
Abrasi Mengancam Daratan

Padahal dibeberapa daerah lain di luar Aceh mulai mendesain kawasan pinggir pantai sebagai sabuk hijau (green belt) untuk melindungi ekosistem darat. Tanaman alami yang tumbuh dibibir pantai (sumberdaya ekosistem) transisi tidak disentuh, tetapi dijadikan benteng agar darat dengan lahannya tidak terancam oleh intrusi dan abrasi air laut, semua kawasan pantai tidak digunakan secara semena-mena tetapi dalam luas tertentu dijadikan kawasan hijau. Jika saja green belt  ada dalam desain tata ruang kita maka ini juga bisa menjadi semacam rumah terakhir para burung dan marga satwa lain setelah lelah mencari makan diantara ruang yang dimanfaatkan manusia, tentunya juga akan bernilai wisata dan ilmu pengetahuan bagi manusia. 
Contoh Desain Green Belt dalam Peta


Lhok Aman Aceh Selatan belumlah tamat jika semua elemen masyarakat dan pemerintah berfikir kearah pencegahan dan pengaturan ulang pemanfatan wilayah, benteng batu yang lumayan tinggi di kanan-kiri bisa menjadi tempat yang sangat cocok untuk olah raga pemacu adrenalin semisal panjat tebing. Atau untuk pemanfaatan wisata lainnya karena secara umum memang Aceh Selatan ke arah Barat banyak menyimpan potensi wisata.[]

Komentar

Postingan populer dari blog ini